Agatha Christie - Anjing Kematian #29



Saksi Peristiwa


MR. MAYHEME memperbaiki letak pince-nez-nya dan berdeham sedikit dengan gayanya yang khas. Kemudian ia kembali menatap laki-laki yang duduk di hadapannya, orang yang dikenai tuduhan pembunuhan terencana.

      Mr. Mayheme adalah pria bertubuh kecil dengan sikap tegas, dan pakaiannya sangat rapi, bahkan bisa dikatakan terlalu perlente. Sepasang mata kelabunya sangat pintar dan tajam. Jelas menunjukkan bahwa ia bukan orang bodoh. Memang, sebagai pengacara, reputasi Mr. Mayheme sangat bagus. Kalau ia berbicara dengan kliennya, suaranya datar, tapi bukannya tidak simpatik.
      “Saya sekali lagi mesti menegaskan pada Anda, bahwa Anda berada dalam bahaya yang sangat besar, dan penting sekali bagi Anda untuk berbicara seterus terang mungkin.”
      Leonard Vole, yang selama itu hanya memandangi tembok kosong di hadapannya dengan tatapan bingung mengalihkan matanya pada sang pengacara.
      “Saya tahu,” katanya dengan nada putus asa. “Anda sudah berkali-kali mengatakan itu pada saya. Tapi sepertinya saya belum bisa menerima kenyataan bahwa saya dikenai tuduhan pembunuhan-pembunuhan. Tindak kejahatan yang sangat mengerikan.”
      Mr. Mayheme adalah orang yang praktis, tidak emosional. Ia berdeham lagi, melepaskan pince-neznya, membersihkannya dengan hati-hati, lalu memasangnya kembali di hidungnya. Setelah itu barulah ia berkata, “Ya, ya, ya. Nah, sekarang, Mr. Vole, kita akan berusaha sedapat mungkin membebaskan Anda dari tuduhan itu - dan kita akan berhasil - kita pasti berhasil. Tapi saya mesti mengetahui semua faktanya. Saya mesti tahu, seberapa berat kira-kira kasus yang mesti kita hadapi ini. Setelah itu, barulah kita bisa menyusun strategi pembelaan terbaik."
      Namun anak muda itu masih juga menatapnya dengan sorot mata bingung dan tak berdaya Menurut pendapat Mr. Mayheme sendiri, kasus ini tampaknva sudah cukup berat dan kesalahan si tertuduh sudah jelas. Namun sekarang, untuk pertama kalinya, ia merasakan setitik keraguan.
      “Anda menganggap saya bersalah,” kata Leonard Vole dengan suara pelan. “Tapi demi Tuhan saya berani sumpah, saya tidak bersalah. Saya tahu, kasus ini tampaknya sangat memberatkan bagi saya. Saya seperti orang terperangkap di dalam jala - terkurung dari semua arah, tak bisa lari ke mana pun saya menoleh. Tapi saya tidak melakukan pembunuhan itu, Mr. Mayheme, tidak!”
      Dalam posisi seperti itu tersangka cenderung bersikeras bahwa ia tidak bersalah. Mr. Mayheme tahu itu. Namun entah kenapa ia merasa terkesan. Mungkin saja Leonard Vole sebenarnya memang tidak bersalah.
      “Anda benar, Mr. Vole,” katanya dengan sungguh-sungguh. “Kasus ini memang sangat memberatkan Anda. Namun demikian, saya menerima pernyataan Anda bahwa Anda tidak bersalah. Sekarang marilah kita membicarakan fakta-faktanya. Saya minta Anda menceritakan pada saya, dengan kata-kata Anda sendiri, bagaimana persisnya Anda berkenalan dengan Miss Emily French.”
      “Terjadinya pada suatu hari di Oxford Street. Saya melihat seorang wanita tua hendak menyeberanig jalan. Dia membawa banyak sekali bungkusan. Di tengah jalan, bungkusan-bungkusannya jatuh. Dia mencoba memungutinya. Dia nyaris ditabrak bus, tapi berhasil mencapai trotoar dengan selamat. Dia terkejut dan takut melihat orang-orang meneriakinya. Saya mengambilkan bungkusan-bungkusannya, membersihkannya dari lumpur sedapat mungkin, mengikatkan kembali tali salah satu bungkusan itu, lalu mengembalikan semuanya padanya.”
      “Jadi, Anda bukan menyelamatkan dia?”
      “Oh, tidak. Saya cuma menolongnya sedikit. Dia sangat berterima kasih. Dia mengucapkan terima kasih dengan hangat, katanya kebanyakan generasi muda sekarang tidak menunjukkan sikap seperti saya. Saya tidak ingat persis kata-katanya. Lalu saya mengangkat topi dan melanjutkan perjalanan. Saya tidak mengira akan bertemu lagi dengannya. Tapi hidup ini memang penuh dengan berbagai peristiwa kebetulan. Malam itu juga saya kembali bertemu dengannya di pesta seorang teman. Dia langsung mengenali saya, dan minta agar saya diperkenalkan padanya. Di situlah saya ketahui namanya Miss Emily French, dan dia tinggal di Cricklewood. Saya berbincang-bincang sedikit dengannya. Saya rasa dia jenis wanita tua yang mudah merasa terpikat pada orang. Dia langsung menyukai saya, hanya karena saya memberikan sedikit pertolongan padanya, yang siapa pun bisa melakukannya. Ketika akan pulang, dia menjabat tangan saya dengan hangat, dan minta saya datang menemuinya. Saya tentu saja menjawab bahwa dengan senang hati saya bersedia. Lalu dia mendesak saya untuk menyebutkan harinya. Saya sebenarnya tidak terlalu ingin datang, tapi rasanya tidak sopan menolak, maka saya tetapkan akan datang hari Sabtu berikutnya. Setelah dia pulang, saya mendapat sedikit informasi tentang dia dari teman-teman saya. Ternyata dia kaya, eksentrik, tinggal hanya dengan seorang pelayannya, dan punya kucing tidak kurang dari delapan ekor.”
      “Begitu,” kata Mr. Mayheme. “Jadi, fakta bahwa dia kaya sudah Anda ketahui sejak semula?”
      “Kalau Anda maksud apakah saya bertanya-tanya…” kata Leonard Vole dengan nada panas, namun Mr. Mayheme menghentikan kalimatnya dengan gerakan tangannya.
      “Saya mesti memandang kasus ini seperti kelak ditampilkan oleh penuntut. Orang awam tidak akan mengira bahwa Miss French seorang wanita kaya. Dia hidup sangat biasa, hampir-hampir seperti orang miskin. Kalau bukan karena ada yang memberitahukan, kemungkinan Anda akan mengira dia miskin, setidaknya begitulah. Siapa persisnya yang memberitahu Anda bahwa dia kaya?”
      “Teman saya George Harvey, yang mengadakan pesta itu.”
      “Apa kemungkinan dia ingat telah mengatakan itu pada Anda?”
      “Saya benar-benar tidak tahu itu. Tentu saja itu sudah agak lama berlalu.”
      “Memang, Mr. Vole. Begini, sasaran pertama pihak penuntut adalah memberi kesan bahwa secara finansial keadaan Anda sedang buruk. Itu benar bukan?”
      Wajah Leonard Vole memerah. “Ya,” katanya dengan suara pelan. “Belum lama ini saya memang mengalami nasib buruk beruntun.”
      “Begitu,” kata Mr. Mayheme lagi. “Dan dalam keadaan finansial seperti itu, Anda bertemu dengan wanita kaya ini, dan Anda sengaja memupuk kesempatan tersebut. Sekarang, seandainya kita berada dalam posisi untuk mengatakan bahwa Anda sama sekali tidak tahu bahwa dia kaya dan bahwa Anda mengunjunginya hanya karena ingin berbuat baik semata-mata...”
      “Memang begitu maksud saya.”
      “Saya percaya. Saya tidak memperdebatkan soal itu. Saya sekadar melihat ini dari sudut pandang orang luar. Banyak hal akan tergantung pada daya ingat Mr. Harvey. Apakah ada kemungkinan dia ingat tentang apa yang dikatakannya pada Anda atau tidak? Mungkinkah kalau diarahkan dia menjadi bingung dan yakin bahwa ucapannya itu terjadi belakangan?”
      Leonard Vole berpikir selama beberapa menit. Kemudian ia berkata dengan nada cukup yakin, walaupun wajahnya agak lebih pucat. “Saya rasa cara itu tidak akan berhasil, Mr. Mayheme. Beberapa orang yang hadir di pesta itu mendengar ucapannya, dan satu-dua di antaranya menggoda saya tentang keberhasilan saya menaklukkan seorang wanita tua yang kaya.”
      Sang pengacara berusaha menyembunyikan kekecewaannya dengan satu kibasan tangannya. “Sayang sekali,” katanya. “Tapi saya salut atas keterusterangan Anda, Mr. Vole. Hanya Andalah yang bisa menuntun saya. Penilaian Anda benar sekali. Akan membahayakan kalau kita bertahan dengan cara seperti yang saya usulkan tadi. Kita mesti lupakan cara itu. Jadi, Anda berkenalan dengan Miss French. Anda mengunjunginya, hubungan kalian berlanjut. Kita perlu alasan yang jelas untuk semua ini. Kenapa Anda, pria muda tampan berusia tiga puluh tiga tahun, suka olahraga, populer di kalangan teman-teman Anda, mau mengorbankan begitu banyak waktu untuk seorang wanita tua yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Anda?”
      Leonard Vole mengibaskan kedua tangannya dalam gerakan gugup. “Tak bisa saya katakan, benar-benar tak bisa. Setelah kunjungan pertama itu, dia mendesak saya untuk datang lagi. Katanya dia kesepian dan tidak bahagia. Dia membuat saya susah menolak. Dia jelas-jelas menunjukkan rasa suka dan sayangnya pada saya, hingga saya berada pada posisi sulit. Begini, Mr. Mayheme, saya ini bersifat lemah, saya mudah terbawa arus, saya jenis orang yang tidak bisa berkata ’tidak’. Dan Anda boleh percaya atau tidak, setelah kunjungan ketiga atau keempat, saya temyata benar-benar menyukai wanita tua itu. Ibu saya meninggal ketika saya masih kccil. Saya dibesarkan oleh seorang bibi saya, tapi dia pun meninggal sebelum saya berumur lima belas tahun. Kalau saya katakan pada Anda bahwa saya benar-benar senang dimanjakan dan diperhatikan, saya yakin Anda bakal menertawakan saya.”
      Tapi Mr. Mayheme tidak tertawa. Ia justru melepaskan pince-nez-nya lagi dan membersihkannya, seperti biasa kalau ia sedang berpikir keras.
      “Saya terima penjelasan Anda, Mr. Vole,” katanya akhirnya. “Saya percaya bahwa secara psikologis, hal itu mungkin saja. Entah para juri akan menerimanya atau tidak, itu masalah lain. Coba lanjutkan cerita Anda. Kapan Miss French mula-mula meminta Anda menangani urusan bisnisnya?”
      “Setelah kunjungan ketiga atau keempat saya padanya. Dia tidak banyak mengerti urusan uang, dan merasa cemas tentang beberapa investasi yang dibuatnya.”
      Mr. Mayheme mengangkat wajah dengan kaget. “Hati-hati, Mr. Vole. Pelayan itu, Janet Mackenzie, menyatakan bahwa nyonyanya sangat pintar berbisnis, dan dia menangani sendiri segala urusannya. Ini juga diperkuat oleh pernyataan para bankirnya.”
      “Mau bagaimana lagi,” kata Vole dengan emosi. “Itulah yang dia katakan pada saya.”
      Sesaat Mr. Mayheme memandanginya dalam diam. Ia tak ingin mengatakannya, namun pada saat itu keyakinannya bahwa Leonard Vole tidak bersalah jadi semakin kuat. Ia tahu sedikit tentang mentalitas wanita-wanita tua. Ia bisa membayangkan Miss French, yang terpikat pada anak muda tampan ini, sengaja mencari-cari alasan yang bisa membuat Vole mau datang ke rumahnya. Alasan apa lagi yang lebih tepat selain bahwa ia tidak tahu-menahu tentang bisnis, dan meminta anak muda ini membantunya menangani urusan-urusan keuangannya? Wanita itu cukup cerdik untuk menyadari bahwa laki-laki mana pun akan merasa tersanjung kalau diberi kesempatan menunjukkan superioritasnya. Dan Leonard Vole merasa tersanjung. Barangkali juga wanita itu memang sengaja membiarkan anak muda ini tahu bahwa ia kaya. Emily French adalah wanita tua yang berkemauan keras, dan ia bersedia membayar untuk apa yang diinginkannya. Semua ini berkelebat cepat dalam benak Mr. Mayheme, tapi ia sengaja tidak memperlihatkannya. Sebaliknya, ia mengajukan pertanyaan lebih lanjut.
      “Dan atas permintaannya, Anda menangani segala urusannya?”

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...