Saksi
Peristiwa
MR.
MAYHEME memperbaiki letak pince-nez-nya dan berdeham sedikit dengan gayanya
yang khas. Kemudian ia kembali menatap laki-laki yang duduk di hadapannya,
orang yang dikenai tuduhan pembunuhan terencana.
Mr. Mayheme adalah pria bertubuh kecil
dengan sikap tegas, dan pakaiannya sangat rapi, bahkan bisa dikatakan terlalu
perlente. Sepasang mata kelabunya sangat pintar dan tajam. Jelas menunjukkan
bahwa ia bukan orang bodoh. Memang, sebagai pengacara, reputasi Mr. Mayheme
sangat bagus. Kalau ia berbicara dengan kliennya, suaranya datar, tapi bukannya
tidak simpatik.
“Saya sekali lagi mesti menegaskan pada
Anda, bahwa Anda berada dalam bahaya yang sangat besar, dan penting sekali bagi
Anda untuk berbicara seterus terang mungkin.”
Leonard Vole, yang selama itu hanya
memandangi tembok kosong di hadapannya dengan tatapan bingung mengalihkan matanya
pada sang pengacara.
“Saya tahu,” katanya dengan nada putus
asa. “Anda sudah berkali-kali mengatakan itu pada saya. Tapi sepertinya saya
belum bisa menerima kenyataan bahwa saya dikenai tuduhan pembunuhan-pembunuhan.
Tindak kejahatan yang sangat mengerikan.”
Mr. Mayheme adalah orang yang praktis,
tidak emosional. Ia berdeham lagi, melepaskan pince-neznya, membersihkannya dengan
hati-hati, lalu memasangnya kembali di hidungnya. Setelah itu barulah ia
berkata, “Ya, ya, ya. Nah, sekarang, Mr. Vole, kita akan berusaha sedapat mungkin
membebaskan Anda dari tuduhan itu - dan kita akan berhasil - kita pasti
berhasil. Tapi saya mesti mengetahui semua faktanya. Saya mesti tahu, seberapa
berat kira-kira kasus yang mesti kita hadapi ini. Setelah itu, barulah kita
bisa menyusun strategi pembelaan terbaik."
Namun anak muda itu masih juga menatapnya
dengan sorot mata bingung dan tak berdaya Menurut pendapat Mr. Mayheme sendiri,
kasus ini tampaknva sudah cukup berat dan kesalahan si tertuduh sudah jelas.
Namun sekarang, untuk pertama kalinya, ia merasakan setitik keraguan.
“Anda menganggap saya bersalah,” kata
Leonard Vole dengan suara pelan. “Tapi demi Tuhan saya berani sumpah, saya
tidak bersalah. Saya tahu, kasus ini tampaknya sangat memberatkan bagi saya.
Saya seperti orang terperangkap di dalam jala - terkurung dari semua arah, tak
bisa lari ke mana pun saya menoleh. Tapi saya tidak melakukan pembunuhan itu,
Mr. Mayheme, tidak!”
Dalam posisi seperti itu tersangka
cenderung bersikeras bahwa ia tidak bersalah. Mr. Mayheme tahu itu. Namun entah
kenapa ia merasa terkesan. Mungkin saja Leonard Vole sebenarnya memang tidak
bersalah.
“Anda benar, Mr. Vole,” katanya dengan
sungguh-sungguh. “Kasus ini memang sangat memberatkan Anda. Namun demikian, saya
menerima pernyataan Anda bahwa Anda tidak bersalah. Sekarang marilah kita
membicarakan fakta-faktanya. Saya minta Anda menceritakan pada saya, dengan
kata-kata Anda sendiri, bagaimana persisnya Anda berkenalan dengan Miss Emily
French.”
“Terjadinya pada suatu hari di Oxford
Street. Saya melihat seorang wanita tua hendak menyeberanig jalan. Dia membawa banyak
sekali bungkusan. Di tengah jalan, bungkusan-bungkusannya jatuh. Dia mencoba
memungutinya. Dia nyaris ditabrak bus, tapi berhasil mencapai trotoar dengan
selamat. Dia terkejut dan takut melihat orang-orang meneriakinya. Saya
mengambilkan bungkusan-bungkusannya, membersihkannya dari lumpur sedapat
mungkin, mengikatkan kembali tali salah satu bungkusan itu, lalu mengembalikan
semuanya padanya.”
“Jadi, Anda bukan menyelamatkan dia?”
“Oh, tidak. Saya cuma menolongnya sedikit.
Dia sangat berterima kasih. Dia mengucapkan terima kasih dengan hangat, katanya
kebanyakan generasi muda sekarang tidak menunjukkan sikap seperti saya. Saya
tidak ingat persis kata-katanya. Lalu saya mengangkat topi dan melanjutkan
perjalanan. Saya tidak mengira akan bertemu lagi dengannya. Tapi hidup ini
memang penuh dengan berbagai peristiwa kebetulan. Malam itu juga saya kembali bertemu
dengannya di pesta seorang teman. Dia langsung mengenali saya, dan minta agar
saya diperkenalkan padanya. Di situlah saya ketahui namanya Miss Emily French,
dan dia tinggal di Cricklewood. Saya berbincang-bincang sedikit dengannya. Saya
rasa dia jenis wanita tua yang mudah merasa terpikat pada orang. Dia langsung
menyukai saya, hanya karena saya memberikan sedikit pertolongan padanya, yang
siapa pun bisa melakukannya. Ketika akan pulang, dia menjabat tangan saya dengan
hangat, dan minta saya datang menemuinya. Saya tentu saja menjawab bahwa dengan
senang hati saya bersedia. Lalu dia mendesak saya untuk menyebutkan harinya.
Saya sebenarnya tidak terlalu ingin datang, tapi rasanya tidak sopan menolak,
maka saya tetapkan akan datang hari Sabtu berikutnya. Setelah dia pulang, saya
mendapat sedikit informasi tentang dia dari teman-teman saya. Ternyata dia
kaya, eksentrik, tinggal hanya dengan seorang pelayannya, dan punya kucing
tidak kurang dari delapan ekor.”
“Begitu,” kata Mr. Mayheme. “Jadi, fakta
bahwa dia kaya sudah Anda ketahui sejak semula?”
“Kalau Anda maksud apakah saya
bertanya-tanya…” kata Leonard Vole dengan nada panas, namun Mr. Mayheme menghentikan
kalimatnya dengan gerakan tangannya.
“Saya mesti memandang kasus ini seperti
kelak ditampilkan oleh penuntut. Orang awam tidak akan mengira bahwa Miss
French seorang wanita kaya. Dia hidup sangat biasa, hampir-hampir seperti orang
miskin. Kalau bukan karena ada yang memberitahukan, kemungkinan Anda akan
mengira dia miskin, setidaknya begitulah. Siapa persisnya yang memberitahu Anda
bahwa dia kaya?”
“Teman saya George Harvey, yang mengadakan
pesta itu.”
“Apa kemungkinan dia ingat telah
mengatakan itu pada Anda?”
“Saya benar-benar tidak tahu itu. Tentu
saja itu sudah agak lama berlalu.”
“Memang, Mr. Vole. Begini, sasaran pertama
pihak penuntut adalah memberi kesan bahwa secara finansial keadaan Anda sedang
buruk. Itu benar bukan?”
Wajah Leonard Vole memerah. “Ya,” katanya
dengan suara pelan. “Belum lama ini saya memang mengalami nasib buruk
beruntun.”
“Begitu,” kata Mr. Mayheme lagi. “Dan
dalam keadaan finansial seperti itu, Anda bertemu dengan wanita kaya ini, dan
Anda sengaja memupuk kesempatan tersebut. Sekarang, seandainya kita berada dalam
posisi untuk mengatakan bahwa Anda sama sekali tidak tahu bahwa dia kaya dan
bahwa Anda mengunjunginya hanya karena ingin berbuat baik semata-mata...”
“Memang begitu maksud saya.”
“Saya percaya. Saya tidak memperdebatkan
soal itu. Saya sekadar melihat ini dari sudut pandang orang luar. Banyak hal
akan tergantung pada daya ingat Mr. Harvey. Apakah ada kemungkinan dia ingat
tentang apa yang dikatakannya pada Anda atau tidak? Mungkinkah kalau diarahkan
dia menjadi bingung dan yakin bahwa ucapannya itu terjadi belakangan?”
Leonard Vole berpikir selama beberapa
menit. Kemudian ia berkata dengan nada cukup yakin, walaupun wajahnya agak
lebih pucat. “Saya rasa cara itu tidak akan berhasil, Mr. Mayheme. Beberapa orang
yang hadir di pesta itu mendengar ucapannya, dan satu-dua di antaranya menggoda
saya tentang keberhasilan saya menaklukkan seorang wanita tua yang kaya.”
Sang pengacara berusaha menyembunyikan
kekecewaannya dengan satu kibasan tangannya. “Sayang sekali,” katanya. “Tapi
saya salut atas keterusterangan Anda, Mr. Vole. Hanya Andalah yang bisa
menuntun saya. Penilaian Anda benar sekali. Akan membahayakan kalau kita
bertahan dengan cara seperti yang saya usulkan tadi. Kita mesti lupakan cara
itu. Jadi, Anda berkenalan dengan Miss French. Anda mengunjunginya, hubungan
kalian berlanjut. Kita perlu alasan yang jelas untuk semua ini. Kenapa Anda,
pria muda tampan berusia tiga puluh tiga tahun, suka olahraga, populer di
kalangan teman-teman Anda, mau mengorbankan begitu banyak waktu untuk seorang
wanita tua yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Anda?”
Leonard Vole mengibaskan kedua tangannya
dalam gerakan gugup. “Tak bisa saya katakan, benar-benar tak bisa. Setelah
kunjungan pertama itu, dia mendesak saya untuk datang lagi. Katanya dia kesepian
dan tidak bahagia. Dia membuat saya susah menolak. Dia jelas-jelas menunjukkan
rasa suka dan sayangnya pada saya, hingga saya berada pada posisi sulit.
Begini, Mr. Mayheme, saya ini bersifat lemah, saya mudah terbawa arus, saya
jenis orang yang tidak bisa berkata ’tidak’. Dan Anda boleh percaya atau tidak,
setelah kunjungan ketiga atau keempat, saya temyata benar-benar menyukai wanita
tua itu. Ibu saya meninggal ketika saya masih kccil. Saya dibesarkan oleh
seorang bibi saya, tapi dia pun meninggal sebelum saya berumur lima belas
tahun. Kalau saya katakan pada Anda bahwa saya benar-benar senang dimanjakan
dan diperhatikan, saya yakin Anda bakal menertawakan saya.”
Tapi Mr. Mayheme tidak tertawa. Ia justru
melepaskan pince-nez-nya lagi dan membersihkannya, seperti biasa kalau ia
sedang berpikir keras.
“Saya terima penjelasan Anda, Mr. Vole,”
katanya akhirnya. “Saya percaya bahwa secara psikologis, hal itu mungkin saja.
Entah para juri akan menerimanya atau tidak, itu masalah lain. Coba lanjutkan
cerita Anda. Kapan Miss French mula-mula meminta Anda menangani urusan
bisnisnya?”
“Setelah kunjungan ketiga atau keempat
saya padanya. Dia tidak banyak mengerti urusan uang, dan merasa cemas tentang
beberapa investasi yang dibuatnya.”
Mr. Mayheme mengangkat wajah dengan kaget.
“Hati-hati, Mr. Vole. Pelayan itu, Janet Mackenzie, menyatakan bahwa nyonyanya
sangat pintar berbisnis, dan dia menangani sendiri segala urusannya. Ini juga
diperkuat oleh pernyataan para bankirnya.”
“Mau bagaimana lagi,” kata Vole dengan
emosi. “Itulah yang dia katakan pada saya.”
Sesaat Mr. Mayheme memandanginya dalam
diam. Ia tak ingin mengatakannya, namun pada saat itu keyakinannya bahwa
Leonard Vole tidak bersalah jadi semakin kuat. Ia tahu sedikit tentang mentalitas
wanita-wanita tua. Ia bisa membayangkan Miss French, yang terpikat pada anak
muda tampan ini, sengaja mencari-cari alasan yang bisa membuat Vole mau datang
ke rumahnya. Alasan apa lagi yang lebih tepat selain bahwa ia tidak tahu-menahu
tentang bisnis, dan meminta anak muda ini membantunya menangani urusan-urusan
keuangannya? Wanita itu cukup cerdik untuk menyadari bahwa laki-laki mana pun
akan merasa tersanjung kalau diberi kesempatan menunjukkan superioritasnya. Dan
Leonard Vole merasa tersanjung. Barangkali juga wanita itu memang sengaja
membiarkan anak muda ini tahu bahwa ia kaya. Emily French adalah wanita tua
yang berkemauan keras, dan ia bersedia membayar untuk apa yang diinginkannya. Semua
ini berkelebat cepat dalam benak Mr. Mayheme, tapi ia sengaja tidak
memperlihatkannya. Sebaliknya, ia mengajukan pertanyaan lebih lanjut.
“Dan atas permintaannya, Anda menangani
segala urusannya?”