Siapakah Kaisar Justinian II?



Siapakah Kaisar Justinian II?

Kaisar Justinian II (Flavius Petrus Sabbatius Yustinianus)

11 Mei 483 silam, Sabbatius dan Vigilantia dikaruniai seorang anak yang kelak menjadi salah satu petinggi penting di antara Tokoh Besar Dunia lainnya. Flavius Petrus Sabbatius Yustinianus, anak itu.

        Saat-saat masa kecilnya yang serba sederhana, sebagian besar keluarganya berprofesi sebagai petani, Justinian, begitu ia dipanggil, memperoleh pendidikan dengan baik berkat tunjangan dari pamannya—saudara kandung dari ibu Justinian—yang bernama, Justin (Yustinus).
        Justin atau Yustinus, adalah seorang Penjaga Kekaisaran Romawi—Excubitores. Ia membawa Justinian ke Konstaninopel (ibu kota Kekaisaran Romawi) dan kemudian mendidik serta menjamin pendidikan anak saudaranya itu di sana. Di Konstaninopel itulah Justinian mempelajari berbagai ilmu, di antaranya: Teologi, Sejarah—khususnya Romawi, dan bidang Yurisprudensi.
        Ketika Kaisar Anastisius wafat pada tahun 518, Justin diangkat sebagai Kaisar Baru, dan kemudian Justinian dipercaya sebagai Pendamping Kekaisaran oleh Justin. Catatan, Justin tidak mempunyai anak. Oleh sebab itu, ia sangat menyayangi Justinian yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.
        Tahun 527, 1 Agustus, adalah hari ketika Justin I aatau Yustinus I tutup usia. Konon, di akhir-akhir umurnya Justin sempat terserang penyakit demensia atau yang sering orang sebut: pikun.
        Setelah Justin I tiada, maka yang diangkat sebagai penggantinya ialah anak dari saudara kandungnya itu, Justinian II.
        Tujuh tahun sebelum Justinian lahir, tepatnya di tahun 476, saat itu keadaan Romawi sedang berkecamuk akibat gempuran suku Barbar Jerman. Hanya Kekaisaran Romawi sebelah timur yang menjadi wilayah aman, atau dengan kata lain tak terjamah oleh perperangan. Kelak Justinianlah yang memimpin dan merebut kembali wilayah kekuasaan mereka.
        Justinian berhasil merebut Italia, Afrika Utara, dan sebagian wilayah Spanyol dari kaum Barbar.
        Namun sebenarnya Justinian lebih dikenal luas bukan karena gerakan militernya—konon ia tidak pernah terlibat langsung dalam pertempuran—melainkan karena kecerdasannya dalam merumuskan kodifikasi Hukum Romawi.
        Di awal-awal jabatannya sebagai Kaisar—setelah Justin I wafat, ia membentuk sebuah ”komunitas khusus” untuk menyusun kode Hukum Kekaisaran. Para ahli tersebut dibentuk olehnya untuk menerbitkan Undang-Undang Peraturan di tahun 529, lalu diperbaharui kembali di tahun 534.
        Pada saat yang sama, semua perintah dan aturan terdahulu yang tidak termasuk dalam kode, dinyatakan tidak berlaku. ”Codex” ini merupakan awal dari Corpus Juris Civils. Kemudian di bagian kedua, disebut Pandects atau Digets, yang kurang-lebih aritnya ialah ringkasan dari opini-opini para penulis tentang Hukum Romawi (Undang-Undang Peraturan). Sementara pada bagian ketiga, mereka menyusun buku untuk pelajar ilmu hukum, yang diberi judul ”Institutes”. Kelak, buku-buku itu dijadikan satu menjadi ”Novellae”.
        Justinian banyak menghabiskan hidupnya untuk Negara.
        Selain sibuk dalam mengurusi Administrasi Kepemerintahan, dan juga perang yang masih berkecamuk, ia juga dipusingkan oleh oknum-oknum pemerintah, para pejabat yang korup kian marak melimpah. Tapi Justinian dianggap cukup berhasil membabat sebagian besar para koruptor itu. Dan ia berperan penting dalam mengembangkan Perdagangan Negara serta bidang industri. Ia juga menjadi orang yang cukup vital dalam pembangunan rumah rakyat.
        Di bawah kepemerintahan Justinian, ia banyak membangun benteng-benteng, biara, gereja—salah satunya gereja Hagia Sophia (yang kemudian menjadi masjid bernama Aya Sofia ketika Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel, dan saat ini menjadi Museum setelah Mustafa Kemal Ataturk mengubah statusnya sebagai Museum Objek Wisata).
        Selama menjabat, Justinian dikenal sebagai pribadi yang mempunyai semangat besar, sehingga digelari oleh rakyatnya sebagai ”Kaisar yang Tidak Pernah Tidur”, karena etos kinerjanya yang konsisten. Ia juga disenangi—kendati yang membencinya cukup banyak—rakyat karena sikapnya yang mau mendengarkan nasihat-nasihat dan cukup mudah dekat dengan siapa saja, termasuk rakyat kecil. Ada yang mengatakan mengapa cukup banyak rakyat yang tidak menyukai Justinian adalah karena dampak dari pembangunan-pembangunan itu sendiri. Pembangunan tersebut menyebabkan kenaikan Pajak Negara. Sehingga kegusaran sebagian rakyat kepada Justinian menyebabkan ”Pemberontakan Nika” lahir. Dan pemberontakan ini cukup menyulitkan kepemimpinan Justinian—yang membuatnya hampir kehilangan takhta.
        565, Justinian II wafat.
        ”Novellae” diterbitkan setelah kematian Flavius Petrus Sabbatius Yustinianus melengkapi ”Codex” dari Corpus Juris Civils dalam bahasa Yunani.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...