Agatha Christie - Anjing Kematian - #5



AKU tidak berniat memberikan laporan lengkap tentang eksperimen tersebut. Banyak kata-kata yang tidak penting dan tak bermakna yang sengaja diucapkan sang dokter. Ada kata-kata yang diulanginya beberapa kali, kadang-kadang mendapatkan jawaban yang sama kadang jawaban yang berbeda.
      Senja itu, di cottage kecil sang dokter di pinggir tebing karang, kami membahas hasil eksperimen tersebut.
      Dia berdehem dan meraih buku catatannya.
      “Hasil-hasilnya sangat menarik - sangat aneh. Sebagai jawaban atas kata 'Tanda Keenam', kita mendapatkan kata Kehancuran. Ungu, Anjing, Kekuasaan, lalu Kehancuran lagi, dan akhirnya Kekuasaan. Berikutnya, seperti telah Anda lihat, saya membalik metodenya, dengan hasil-hasil sebagai berikut. Sebagai jawaban atas kata Kehancuran, saya mendapatkan kata Anjing; kata Ungu dijawab Kekuasaan; kata Anjing dijawab Kematian lagi, dan kata Kekuasaan dijawab Anjing. Semua itu masuk akal, tapi ketika saya mengulangi kata Kehancuran untuk kedua kalinya, saya mendapatkan jawaban Laut, yang kelihatannya sama sekali tidak relevan. Untuk kata 'Tanda Kelima' saya mendapatkan kata Biru, Pikiran, Burung, Biru lagi, dan akhinya kalimat yang agak sugestif: Komunikasi antar pikiran. Berpatokan pada fakta bahwa 'Tanda Keempat' dijawab dengan kata Kuning, dan kemudian Cahaya, dan 'Tanda Pertama' dijawab dengan Darah, saya menyimpulkan bahwa setiap Tanda mempunyai warna tersendiri, dan kemungkinan juga lambang tersendiri. Tanda Kelima lambangnya kuning, dan Tanda Keenam lambangnya anjing. Tapi saya menduga Tanda Kelima itu mewakili apa yang selama ini dikenal sebagai telepati – komunikasi antarpikiran. Tanda Keenam jelas mewakili Kekuasaan untuk Menghancurkan.”
      “Apa arti Laut itu?”
      “Mesti saya akui, saya tidak bisa menjelaskan yang satu itu. Saya menyebutkan kata itu kemudian, dan mendapatkan jawaban biasa: Perahu. Untuk Tanda Ketujuh, mula-mula saya mendapat jawaban Hidup, lalu Cinta. Untuk Tanda Kedelapan, saya mendapat jawaban - tidak ada. Maka saya simpulkan tanda-tanda itu hanya sampai Tujuh seluruhnya.”
      “Tapi jawaban untuk Tanda Ketujuh itu belum diperoleh,” kataku sekonyong-konyong. “Sebab dari Tanda Keenam muncul Kehancuran.”
      “Ah, menurut Anda begitu? Kita sudah menanggapi celotehan-celotehan sinting ini dengan sangat serius. Semua itu sebenarnya hanya menarik dari sudut pandang medis.”
      “Tapi para penyelidik psikis juga pasti akan sangat tertarik dengan hal ini.”
      Kedua mata sang dokter menyipit. “Wah, saya sama sekali tidak bermaksud mempublikasikan hal ini.”
      “Lalu bagaimana dengan minat Anda itu?”
      “Minat saya sepenuhnya bersifat pribadi. Tentu saja saya akan membuat catatan-catatan tentang kasus ini.”
      “Begitu.” Namun untuk pertama kalinya aku merasa seperti orang buta yang tidak melihat apa pun. Aku bangkit berdiri. “Yeah, kalau begitu, selamat malam, Dokter. Besok saya berangkat ke kota.”
      “Ah!”
      Rasanya aku mendengar nada puas, atau lega barangkali, di balik seruannya itu.
      “Semoga sukses dengan penyelidlkan Anda,” kataku dengan nada ringan. “Jangan lepaskan Anjing Kematian pada saya kalau kita bertemu lagi nanti!”
      Aku menjabat tangannya sambil berbicara, dan kurasakan tangan itu tersentak terkejut. Tapi dengan cepat ia berhasil memulihkan diri. Ia tersenyum, memperlihatkan gigi-giginya yang panjang dan runcing.
      “Bagi orang yang mencintai kekuasaan, betapa hebatnya kekuasaan semacam itu,” katanya. “Kekuasaan untuk mengontrol kehidupan setiap manusia di tangan sendiri.”
      Dan senyumnya semakin lebar.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...